Mungkin kata-kataku hanya guyonan jika kamu dengar.
Sungguh, sepanjang jalan ini seakan kembali ke masanya.
Ya.
Masa-masa kita berboncengan dan tertawa riang oleh guyonan centilmu.
Sore ini semua begitu merasuk.
Betapa bodohnya otak dangkalku ini.
Tidak, semua bukan karena otak.
Tapi perasaanku yang terlalu ganas, hingga kuat dan sampai hati untuk merobek harapanmu untuk membuatku bahagia.
Aku nyaman. Aku senang.
Di sampingmu, seakan semua hanya tawa dan bahagia.
Entahlah, sulit untuk dikatakan.
Semua seakan bergemuruh di dada.
Seandainya semua bisa ku katakan seperti biasanya.
Seperti biasa kita menghabiskan tiap malam bercerita tentang yang terjadi lewat gelombang suara robotik.
Sungguh, sepanjang jalan ini seakan kembali ke masanya.
Ya.
Masa-masa kita berboncengan dan tertawa riang oleh guyonan centilmu.
Sore ini semua begitu merasuk.
Betapa bodohnya otak dangkalku ini.
Tidak, semua bukan karena otak.
Tapi perasaanku yang terlalu ganas, hingga kuat dan sampai hati untuk merobek harapanmu untuk membuatku bahagia.
Aku nyaman. Aku senang.
Di sampingmu, seakan semua hanya tawa dan bahagia.
Entahlah, sulit untuk dikatakan.
Semua seakan bergemuruh di dada.
Seandainya semua bisa ku katakan seperti biasanya.
Seperti biasa kita menghabiskan tiap malam bercerita tentang yang terjadi lewat gelombang suara robotik.
Seandainya
hari ini bisa kuberitahukanmu, kamu tahu? aku rindu.
Sungguh aku rindu suara tawamu mendengar celutik bodohku.
Aku rindu menunggu suaramu tertidur setelah berbincang cukup panjang hingga ponsel menunjukkn durasi yang mungkin bisa di gunakan seseorang untuk berjalan sejauh 5 kilometer hingga buusshhhh… semua sirna.
Semua hilang.
Bahkan saat kita bertemu, tak sedetikpun mata tajam itu melihatku yang berdiri di hadapanmu.
Bisa kamu lihat? Gerikku menunjukkan kerinduan dalam akan masa lalu bersama orang yang sedang berdiri di hadapnku namun menatap kosong seakan aku tidak ada.
Sungguh aku rindu suara tawamu mendengar celutik bodohku.
Aku rindu menunggu suaramu tertidur setelah berbincang cukup panjang hingga ponsel menunjukkn durasi yang mungkin bisa di gunakan seseorang untuk berjalan sejauh 5 kilometer hingga buusshhhh… semua sirna.
Semua hilang.
Bahkan saat kita bertemu, tak sedetikpun mata tajam itu melihatku yang berdiri di hadapanmu.
Bisa kamu lihat? Gerikku menunjukkan kerinduan dalam akan masa lalu bersama orang yang sedang berdiri di hadapnku namun menatap kosong seakan aku tidak ada.
Caramu.
Ya. haha. Semua penuh kejutan.
Dan aku suka kejutan.
Puji dan caci mu yang kadang entah benar atau tidak, cukup menjadi arang untuk tawaku yang sangat lepas.
Dan bahkan sekarang, semua sama. Penuh kejutan.
Sebenarnya aku yang menciptakan kejutan.
Yang mungkin secara kasar mengusirmu dari kehidupanku.
Maaf. Tapi aku rindu.
Sungguh, semoga suatu saat akan ada cara untuk bercerita panjang lagi bersamamu.
Sungguh, sore ini aku rindu setelah sekian lama kehilangan apa yang telah aku dapat.
Sudahlah, sudah malam. Aku punya seseorang yang kini menggantikanmu, mungkin dia sedang menungguku menghubunginya. Good night, seperti yang dulu selalu ada di histori.
Dan gerimis sore ini, merasuk.
Mencairkan lagi kenangan yang telah lama beku, hingga menyalakan kata “aku rindu”
Dan aku suka kejutan.
Puji dan caci mu yang kadang entah benar atau tidak, cukup menjadi arang untuk tawaku yang sangat lepas.
Dan bahkan sekarang, semua sama. Penuh kejutan.
Sebenarnya aku yang menciptakan kejutan.
Yang mungkin secara kasar mengusirmu dari kehidupanku.
Maaf. Tapi aku rindu.
Sungguh, semoga suatu saat akan ada cara untuk bercerita panjang lagi bersamamu.
Sungguh, sore ini aku rindu setelah sekian lama kehilangan apa yang telah aku dapat.
Sudahlah, sudah malam. Aku punya seseorang yang kini menggantikanmu, mungkin dia sedang menungguku menghubunginya. Good night, seperti yang dulu selalu ada di histori.
Dan gerimis sore ini, merasuk.
Mencairkan lagi kenangan yang telah lama beku, hingga menyalakan kata “aku rindu”
-Rintik
Memori Bersimfoni