Jujur, aku sama sekali gak pantes buat nulis post ini. Aku masih
di titik jauuuhh sekali dari kata muslimah yang soleha. Aku masih pake kerudung
tipis dan seadanya, aku masih pake celana jeans, aku masih sering ngomongin orang,
dan masih banyak lagi hal buruk yang aku lakukan.
Tapi asal kalian tahu, saat ini aku berada di titik terbaik
yang pernah aku capai dalam hidupku. Setelah sekian lama aku jauh dariNya. Bukan
titik terbaik sih, titik ‘lebih baik’ tepatnya. Jadi sekedar sharing, latar
belakang pendidikanku waktu di usia dasar adalah di Madrasah. Kalian pasti tau
berapa pelajaran agama yang aku telan selama di madrasah. Dari akidah akhlak,
fiqih, quran hadis, aswaja, bahasa arab, sejarah islam, dan masih ada banyak
lagi. Bukan mengeluh, sekarang aku merasa beruntung, karena pendidikan dasarku
berlatar agama. Di usia yang masih bersih-bersihnya, aku menyerap berbagai ilmu
agama dari madrasah, alhasil hampir semua pelajaran itu sampai sekarang aku
masih ingat.
Tapi, bukan manusia namanya kalau tidak pernah berbuat salah.
Dulu, waktu masih sd ibadahku kuat banget, wajib dan sunnah aku jalani. Puasa sunnah
gak pernah absen, pas smp udah mulai jarang-jarang. Bahkan dulu dari MI yang
berkerudung, aku di SMP negeri pun lepas jilbab, hanya karena ingin merasakan
bagaimana sekolah tanpa ribet kerudung dll. Sampai pas mau masuk SMK negeri,
akhirnya aku kembali berhijab hanya karena menghindari panas dan takut gosong. Sumpah
ini alasan terburuk yang pernah ada. Kembalinya kerudung, bukan berarti
kebiasaanku kembali. Tobatku masih musiman. Bahkan gak jarang aku seharian
tanpa sholat. Ini titik di mana aku menjadi pemalas dalam segala hal, ibadah,
pr, dll.
Pergaulanku masih wajar, teman-teman dekatku anak yang baik.
Walaupun ada beberapa yang jauh dari kata baik, tapi beruntunglah aku masih
punya prinsip. Senakal apapun temanku, jika itu berbuat hal yang tidak menguntungkan,
aku gak pernah sama sekali ikut-ikut. Intinya, aku berteman dengan siapapun,
temanku bebas melakukan apapun, asal gak merugikan aku sih oke-oke aja.
Dan, semua kehedonan, kelalaianku sekarang berangsur surut. Mungkin
karena aku sekarang berada pada kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang
mengharuskan aku survival dengan keadaan sesungguhnya. Kehidupan kerja,
kehidupan kuliah. Di tempat kerja, apalagi di proyek. Jadi aku jadi drafter,
semacam tukang gambarnya arsitek dan aku di tempatkan langsung di proyek. Aku bertemu
dengan berbagai macam orang dan kehidupannya. Aku bertemu dengan berbagai macam
masalah di kehidupan sosial yang sesungguhnya, bukan hanya lingkup sekolah. Aku
bertemu orang dari berbagai macam daerah. Dan ini pelajaran besar yang pernah
aku terima. Di proyek jika kalian tau, hampir semua laki-laki bukan tipe orang
yang baik-baik dalam berumah tangga. Dan beruntunglah aku, dilahirkan dengan
raut muka yang padahal aku biasa aja, tapi orang lain menganggap aku marah,
judes, jutek, dll sehingga banyak orang yang takut atau enggan untuk menegurku
terlebih dahulu. Aku juga gak terlalu ramah-ramah amat dengan orang proyek, ini
menguntungkan. Gak sedikit teman-temanku cewek yang ditempatkan di proyek,
mereka tergoda dengan sifat-sifat orang proyek. Sudahlah, terlalu panjang untuk
di ceritakan, tapi gak semua orang proyek jahat. Mereka baik, sangat baik tapi
dengan beberapa sifat buruk yang melekat. Dan point utama untuk selamat dari
semua itu adalah, prinsip.
Hentikan bacaan kalian jika kalian mulai bosan, ini baru
awal ceritaku.
Jadi beberapa waktu lalu, entah hidayah apa yang menimpaku. Aku
mulai memperbaiki semua. Memperbaiki sholat wajibku, puasaku, tahajudku, dan
masih banyak lagi. Terhitung mungkin sudah setahun aku tidak pernah membaca al
quran. Bukan karena aku tidak bisa membacanya, aku paham tajwid, aku menghafal
ghorib. Tapi entah kenapa, rasanya berat membaca kitab suci ini walaupun satu
ayat. Ya Allah maaf aku menulis ini bukan untuk pamer atau apa, aku hanya
ingin berbagi pengalaman semoga saudara-saudariku yang masih buntu bisa kembali
ke jalanMu. Semua itu tidak datang dengan sendirinya, dengan mudahnya. Aku terinspirasi
oleh seseorang. Mungkin benar jika ada kalimat “hidayah bisa datang kapan saja
dan dalam keadaan apapun”.
Aku terinspirasi oleh seseorang yang aku anggap tekun dalam
beribadah, seseorang yang bersinar saat aku melihatnya, entah ini hanya
imajinasiku atau memang benar nyata, yang pasti dia meneduhkan, aku belajar
banyak darinya. Kita baru mengenal, kita tidak banyak bicara, akulah yang
banyak merenung. Aku banyak merenung dari sikapnya, dari kepribadiannya. Tidak
perlu aku jelaskan panjang lebar, cukup aku dan orang terdekatku yang tau. Yang
pasti, sekarang aku banyak belajar mendalami agamaku. 3 hal yang perlu aku
pelajari dengan keras, yaitu ikhlas, sabar, dan istiqomah.
Sungguh aku takut jika ibadahku ini masih atas dasar aku
mengagumi seseorang, atau atas dasar aku ingin di puji. Aku ingin ibadahku ini
ikhlas karenaNya. Dan aku masih jauh dari kata seseorang yang sabar. Sulit dalam
sehari saja aku tidak marah, mudah sekali tersulut. Dan terakhir, aku takut
ibadahku kali ini masih musiman seperti biasanya. Aku takut ini tidak bertahan
lama. Wallahu alam.
Seseorang pernah bilang, jika kita berhijrah pasti lama
kelamaan menemukan ketenangan. Benar saja, bukan aku mengada-ada atau pamer. Rasanya
tenaaang sekali, seperti nyaman tidak ada kegalauan. Bahkan beberapa hari yang
lalu, ada sedikit kendala, tapi aku merasa mudah melaluinya. Subhanallah. Dan lagi,
beberapa hari yang lalu, aku merasa takut. Sangat takut untuk meninggal. Aku takut
karena aku berubah ke arah yang lebih baik, apakah ini tanda-tanda umurku sudah
dekat. Sungguh aku belum siap. Tapi seseorang menenangkan aku dalam suaranya di
malam hari, sampai aku yakin bahwa mungkin ini jalanku yang sesungguhnya. Sudah
saatnya aku meninggalkan hal-hal buruk yang selama ini masih melekat kuat dan
menjadi kebiasaan. Dan asal kalian tau, aku memutuskan ‘pacar’ku yang sudah
bertahun-tahun bersama. Banyak teman-teman yang bilang ‘eman’ atau ‘sayang
sekali’ tapi aku yakin, jodoh itu adalah hal yang baik. Pernikahan adalah hal
yang baik, dan aku percaya hal yang baik akan diberikan jalan yang baik pula. Dan
pacaran bukan hal yang baik kan? Sekarang kita berteman baik, memang berat
untuk dia setelah bertahun-tahun kita berpacaran dan harus berakhir dengan
keputusanku seperti ini. Tapi bismillah, jodoh sudah ada yang mengatur. Orang baik
untuk yang baik, dan sebaliknya.
Sekarang yang menjadi tujuan utamaku adalah bagaimana
caranya beristiqamah. Semoga kalian yang membaca ini selalu membantu saat aku
mulai lengah dengan istiqamahku. Semoga kalian mau berbagi hal-hal baik dan
perlajaran-peajaran berharga seputar agama atau hal bermanfaat lainnya. Memang hijrahku
belum sempurna, aku belum siap memakai khimar panjang karena harganya mahal
wkwk nggak deng, aku memang belum siap mental pakai khimar. Mungkin segera. Aku
juga belum bisa menjaga omongan, mungkin banyak sekali yang merasa tersakiti
dengan omonganku, karena aku memang begini. Omonganku sedikit, tapi kadang
bikin sakit. Maafkan bagi kalian yang merasa aku sakiti hihi.
Dan di sisi lain mungkin banyak yang memandangku “sok hijrah
deh”, “alah gembar gembor di awal, paling lama-lama juga balik lagi malesnya”, “sok
ceramah, sok suci, sok baik” dan lainnya. Silahkan saja, mungkin kalian belum
merasakan betapa tenangnya jika segala sesuatu di lakukan karenaNya. Mungkin suatu
hari nanti kalian tau rasanya, yang jelas jemputlah hidayah kalian. Sebelum hal
lain bernama ‘ajal’ yang menjemput. Dan sekali lagi buat kalian yang melihatku
lengah dalam beribadah, tolong tegur aku entah kalian kenal aku atau tidak. Akan
sangat berterima kasih sekali jika kalian sepeduli itu. Dan sekali lagi post
ini jauh dari kata sempurna, aku hanya menulis agar jika aku lengah, aku bisa
beristiqomah lagi setelah membaca tulisanku ini.
Satu lagi, aku terbuka untuk sharing dan berdiskusi untuk mengisi blog ini jika kalian mau, tentunya untuk topik-topik yang bisa membuat open minded ya. 'niru gitasav ni?' iya. tapi bukan meniru, aku terinspirasi cara pikirnya dan cara penyampaiannya. Siapa sih yang gak mau bertukar pikiran untuk hal-hal yang baik?