Coretan Menjelang Maghrib

  • 2/16/2018 06:55:00 PM
  • By My World in 2D Life
  • 1 Comments



Jadi seperti biasa tulisan ini bukan bertujuan untuk mencari puji dan caci kalian. Tulisan ini murni tentang apa yang sedang aku rasakan. Dan tolong sekali lagi ini bukan bertujuan untuk riya’ atau lainnya. aku pribadi memang lebih suka membagi hal-hal yang ku anggap titik penting hidupku diblog ini. Supaya kelak bisa di baca orang lain, bisa di baca anakku, suamiku, keluargaku *jauh sekali pikirannya mbak wkwk* atau bahkan bisa ku baca ulang sebagai pedoman bahwa aku tidak boleh kembali mengulang kesalahan-kesalahan terdahulu. Agar aku tau, untuk mencapai titik ini dibutuhkan perjuangan dan agar aku ingat, dekat denganNya itu menyejukkan. Subhanallah

Jadi, 2 hari yang lalu Rabu 14 Februari 2018 *please jangan mikir tentang valentine dulu* aku di ajak ibu ke resepsi pernikahan anak temannya di desa sebelah, karena ayah gak bisa hadir beliau kerja shift siang. Waktu itu sekitar jam 4 sore aku baru bangun dan ibu dengan segala kehebohannya membangunkan yang sungguh membuatku emosi. Karena masih malas dan gak mood, aku bersiap diri tanpa pikir panjang memakai baju yang sederhana, bukan gaun atau sarimbit batik yang biasa aku pake ke acara kondangan. Karena sempat terbesit di pikiran “alah resepsi orang desa gak koreksi baju orang satu per satu”

But i was really wrong enough but i feel lucky.

Pertama, tamunya rameeeee banget. Dan ternyata resepsinya cukup mewah dengan tema putih dan biru laut. Pengantinnya cantik, sungguh.
Kedua, bodohnya aku. Aku lupa kalo anak temennya ibuku, mempelai pria adalah alumni pondok pesantren Gontor 1. So, you can see if his friends of course santri and santriwati. Jadi aku duduk di meja bareng ibuku dan teman-temannya. Nah meja depan ada segerombolan mbak-mbak remaja mungkin temennya si mempelai. Dan di belakang mejaku ada segerombolan mas-mas yang mungkin juga temennya si mempelai.
Aku yakin banget para gerombolan mas-mas dan mbak-mbak ini mungkin temen kuliah atau temen ponpes soalnya ketara banget dari logatnya itu bukan aksen jawa, di tambah lagi sesekali mereka mengucapkan kosakata berbahasa arab.
Dan satu lagi tamparan keras di hidupku. Pas waktu itu mbak-mbak mau makan atau mau foto sama mempelai. Mereka berdiri semua bergantian dan lewat di sebelahku. Seketika aku pengen pulang ganti baju. Kenapa? Mereka anggun. Dengan kerudung panjang menjulur menutupi dada, ada beberapa yang di model hijab tapi tetap syar’i dan bawahan rok lebar ada juga yang pakai gamis. Make up mereka natural dan beberapa polos tanpa make up tapi tanpa bertutur kata, mereka sudah menunjukkan identitas mereka bahwa mereka adalah MUSLIMAH.
Sedangkan lihat aku. Aku pakai inner kaos putih lengan panjang, di tambah outer merah maroon tanpa lengan dengan panjang sampai lutut tanpa kancing tapi berkerah *i think its good enough for wedding reception*, celana jeans ketat atau biasa di sebut celana pensil dan kerudung maxmara yang sengaja aku julurkan ke depan menututupi dada.
If u know what i mean, perbandinganku dengan mereka. Memang terlihat hampir sama saat duduk karena kerudungku yang ku julurkan ke depan menutupi dada. Tapi, sungguh memalukan jika aku berdiri, celana ketat yang meskipun dari belakang tidak terlihat lekukan, hanya terlihat lekukan dari bawah lutut. Tapi dari depan? Jangan di bayangkan. Tentunya terlihat celana ketatku membentuk kaki walaupun sedikit tertutup outer. Dan asal kalian tau apa yang aku rasakan saat itu? MALU !! padahal dulu, bermodal kaos lengan panjang dan celana pensil plus kerudung aku udah pede pede aja. Tapi, mbak-mbak itu membuatku sadar, tampil sederhana boleh. Tapi perhatikan juga sederhanyanya berujung baik apa enggak.

Saat di belahan bumi sana segerombolan remaja putri menutupi perhiasan apa yang mereka miliki, di sisi lain aku dengan santainya merasa biasa dengan apa yang seharusnya di sembunyikan. Walaupun masih sangat banyak yang dengan terang-terangan memamerkan keindahan tubuhnya, tapi saat ini aku merasa sungguh-sungguh hina. Memang aku bukan orang yang suka pake pakaian mini atau sejenisnya. Memang aku bukan orang suci yang pantas berdalil atau berdakwah tentang aurat dan cara berpakaiannya. Tapi untuk saat ini, aku benar-benar ingin memperbaiki penampilanku.

Mungkin tidak akan instan setelah menulis ini aku akan merubah semua penampilanku NOOO of course NOOOO. Mengingat meme-meme di instagram kalau untuk tampil syar’i harganya mahal. Satu set baju syar’i atau khimar di banderol 400 ribu, tentu aku gak akan seinstan itu dengan menghamburkan uang untuk menyempurnakan kewajiban, tidak. Islam tidak pernah menyulitkan hambanya. Tentu ada proses. Mungkin tidak langsung aku tinggalkan semua celana jeans ketatku. Bisa aku pilah-pilah mana yang sangat ketat dan mana yang sedikit longgar, sebagai langkah awal bisa aku mix dengan atasan yang menutup minimal sampai paha sehingga tidak menampakkan lekukan. Jujur untuk memakai rok di kehidupan sehari-hari masih terbesit rasa ‘kayaknya merepotkan’ jadi setidaknya tidak berpakaian ketat itu cukup untuk proses awal ini. Sedikit-sedikit menabung untuk mengganti koleksi celana jeans ketat dengan celana kulot atau celana gombor yang saat ini aku hanya punya 4 potong saja. Dan semoga bisa berlanjut ke syar’i set amin.

Dan untuk kerudung, memang masih pakai kain tipis. Yang kadang aku pakaikan inner dan terkadang tidak sehingga rambutku berantakan keluar. Entah harus ku ubah bagaimana dengan tatanan kerudung ini, pernah sekali aku kuliah memakai kerudung instan panjang yang menutup dada tapi tidak sedikit teman yang memandang aneh ada pula yang mentertawakan. Mungkin aku akan mengganti koleksi kerudungku dengan bahan seperti maxmara yang agak tebal sehingga tidak bisa di sampirkan ke pundak dan mau tidak mau harus dijulurkan ke dada. Bismillah semoga rejekiku lancar untuk membeli keperluan-keperluan untuk kemuliaan. Kalian tau Nissa Sabyan ? kurang lebih seperti itu yang akan aku jadikan panutan fashion untuk saat ini.

Dan jika suatu hari kalian bertemu denganku masih mengenakan baju apa adanya, tidak mencerminkan syar’i, percayalah aku sedang berusaha memperbaiki diri, tidak hanya berkoar di blog ini aku pun berniat dari hati untuk berubah. Jika ingin menghujat atau menggunjing silahkan, setidaknya dosaku terkurangi dan bertukar dengan pahala kalian.

Dan adzan magrib ini menutup tulisan yang di semogakan bisa terwujud. Bismillah...


You Might Also Like

1 komentar

  1. Semangat Devi Insha Allah dimudahkan kalo ada niatnya. sama-sama belajar

    BalasHapus