Jadi seperti biasa tulisan ini bukan bertujuan untuk mencari
puji dan caci kalian. Tulisan ini murni tentang apa yang sedang aku rasakan. Dan
tolong sekali lagi ini bukan bertujuan untuk riya’ atau lainnya. aku pribadi
memang lebih suka membagi hal-hal yang ku anggap titik penting hidupku diblog
ini. Supaya kelak bisa di baca orang lain, bisa di baca anakku, suamiku,
keluargaku *jauh sekali pikirannya mbak wkwk* atau bahkan bisa ku baca
ulang sebagai pedoman bahwa aku tidak boleh kembali mengulang
kesalahan-kesalahan terdahulu. Agar aku tau, untuk mencapai titik ini
dibutuhkan perjuangan dan agar aku ingat, dekat denganNya itu menyejukkan.
Subhanallah
Jadi, 2 hari yang lalu Rabu 14 Februari 2018 *please
jangan mikir tentang valentine dulu* aku di ajak ibu ke resepsi pernikahan
anak temannya di desa sebelah, karena ayah gak bisa hadir beliau kerja shift
siang. Waktu itu sekitar jam 4 sore aku baru bangun dan ibu dengan segala
kehebohannya membangunkan yang sungguh membuatku emosi. Karena masih malas dan
gak mood, aku bersiap diri tanpa pikir panjang memakai baju yang sederhana,
bukan gaun atau sarimbit batik yang biasa aku pake ke acara kondangan. Karena sempat
terbesit di pikiran “alah resepsi orang desa gak koreksi baju orang satu per
satu”
But i was really wrong enough but i feel lucky.
Pertama, tamunya rameeeee banget. Dan ternyata resepsinya
cukup mewah dengan tema putih dan biru laut. Pengantinnya cantik, sungguh.
Kedua, bodohnya aku. Aku lupa kalo anak temennya ibuku,
mempelai pria adalah alumni pondok pesantren Gontor 1. So, you can see if his
friends of course santri and santriwati. Jadi aku duduk di meja bareng ibuku
dan teman-temannya. Nah meja depan ada segerombolan mbak-mbak remaja mungkin
temennya si mempelai. Dan di belakang mejaku ada segerombolan mas-mas yang mungkin
juga temennya si mempelai.
Aku yakin banget para gerombolan mas-mas dan mbak-mbak ini
mungkin temen kuliah atau temen ponpes soalnya ketara banget dari logatnya itu
bukan aksen jawa, di tambah lagi sesekali mereka mengucapkan kosakata berbahasa
arab.
Dan satu lagi tamparan keras di hidupku. Pas waktu itu
mbak-mbak mau makan atau mau foto sama mempelai. Mereka berdiri semua
bergantian dan lewat di sebelahku. Seketika aku pengen pulang ganti baju. Kenapa?
Mereka anggun. Dengan kerudung panjang menjulur menutupi dada, ada beberapa
yang di model hijab tapi tetap syar’i dan bawahan rok lebar ada juga yang pakai
gamis. Make up mereka natural dan beberapa polos tanpa make up tapi tanpa
bertutur kata, mereka sudah menunjukkan identitas mereka bahwa mereka adalah
MUSLIMAH.
Sedangkan lihat aku. Aku pakai inner kaos putih lengan
panjang, di tambah outer merah maroon tanpa lengan dengan panjang sampai lutut
tanpa kancing tapi berkerah *i think its good enough for wedding reception*,
celana jeans ketat atau biasa di sebut celana pensil dan kerudung maxmara
yang sengaja aku julurkan ke depan menututupi dada.
If u know what i mean, perbandinganku dengan mereka. Memang terlihat
hampir sama saat duduk karena kerudungku yang ku julurkan ke depan menutupi
dada. Tapi, sungguh memalukan jika aku berdiri, celana ketat yang meskipun dari
belakang tidak terlihat lekukan, hanya terlihat lekukan dari bawah lutut. Tapi dari
depan? Jangan di bayangkan. Tentunya terlihat celana ketatku membentuk kaki walaupun
sedikit tertutup outer. Dan asal kalian tau apa yang aku rasakan saat itu? MALU
!! padahal dulu, bermodal kaos lengan panjang dan celana pensil plus kerudung
aku udah pede pede aja. Tapi, mbak-mbak itu membuatku sadar, tampil sederhana
boleh. Tapi perhatikan juga sederhanyanya berujung baik apa enggak.
Saat di belahan bumi sana segerombolan remaja putri menutupi
perhiasan apa yang mereka miliki, di sisi lain aku dengan santainya merasa
biasa dengan apa yang seharusnya di sembunyikan. Walaupun masih sangat banyak
yang dengan terang-terangan memamerkan keindahan tubuhnya, tapi saat ini aku
merasa sungguh-sungguh hina. Memang aku bukan orang yang suka pake pakaian mini
atau sejenisnya. Memang aku bukan orang suci yang pantas berdalil atau
berdakwah tentang aurat dan cara berpakaiannya. Tapi untuk saat ini, aku
benar-benar ingin memperbaiki penampilanku.
Mungkin tidak akan instan setelah menulis ini aku akan
merubah semua penampilanku NOOO of course NOOOO. Mengingat meme-meme di
instagram kalau untuk tampil syar’i harganya mahal. Satu set baju syar’i atau
khimar di banderol 400 ribu, tentu aku gak akan seinstan itu dengan
menghamburkan uang untuk menyempurnakan kewajiban, tidak. Islam tidak pernah
menyulitkan hambanya. Tentu ada proses. Mungkin tidak langsung aku tinggalkan
semua celana jeans ketatku. Bisa aku pilah-pilah mana yang sangat ketat dan
mana yang sedikit longgar, sebagai langkah awal bisa aku mix dengan atasan yang
menutup minimal sampai paha sehingga tidak menampakkan lekukan. Jujur untuk
memakai rok di kehidupan sehari-hari masih terbesit rasa ‘kayaknya merepotkan’
jadi setidaknya tidak berpakaian ketat itu cukup untuk proses awal ini. Sedikit-sedikit
menabung untuk mengganti koleksi celana jeans ketat dengan celana kulot atau
celana gombor yang saat ini aku hanya punya 4 potong saja. Dan semoga bisa
berlanjut ke syar’i set amin.
Dan untuk kerudung, memang masih pakai kain tipis. Yang kadang
aku pakaikan inner dan terkadang tidak sehingga rambutku berantakan keluar. Entah
harus ku ubah bagaimana dengan tatanan kerudung ini, pernah sekali aku kuliah
memakai kerudung instan panjang yang menutup dada tapi tidak sedikit teman yang
memandang aneh ada pula yang mentertawakan. Mungkin aku akan mengganti koleksi
kerudungku dengan bahan seperti maxmara yang agak tebal sehingga tidak bisa di
sampirkan ke pundak dan mau tidak mau harus dijulurkan ke dada. Bismillah semoga
rejekiku lancar untuk membeli keperluan-keperluan untuk kemuliaan. Kalian tau
Nissa Sabyan ? kurang lebih seperti itu yang akan aku jadikan panutan fashion
untuk saat ini.
Dan jika suatu hari kalian bertemu denganku masih mengenakan
baju apa adanya, tidak mencerminkan syar’i, percayalah aku sedang berusaha
memperbaiki diri, tidak hanya berkoar di blog ini aku pun berniat dari hati
untuk berubah. Jika ingin menghujat atau menggunjing silahkan, setidaknya
dosaku terkurangi dan bertukar dengan pahala kalian.
Dan adzan magrib ini menutup tulisan yang di semogakan bisa
terwujud. Bismillah...
1 komentar
Semangat Devi Insha Allah dimudahkan kalo ada niatnya. sama-sama belajar
BalasHapus