Tulisan Larut Malam

  • 2/09/2018 12:07:00 AM
  • By My World in 2D Life
  • 0 Comments



Sebenarnya malam ini sudah terlalu larut untuk menulis. Tapi apa daya pikiran ini sedang semrawut dan bergejolak. Pukul 23.47 saat ini tepatnya dan aku akan menulis sebuah hal yang semoga bisa membuka jalan pikiran.

Baru beberapa jam yang lalu, diri ini marah dan meluapkan emosi dalam bentuk tulisan di ‘instastory’. Ya, kali ini sedang ada masalah dengan sesama manusia yang ‘kurang cocok’ denganku. Memang benar, terkadang kebiasaan lah yang membangun jati diri kita, sehingga kurang mampu menerima kebiasaan yang di bangun orang lain.

So, FYI I’m a typical orang yang mudah marah dan emosi. Dan seperti perempuan pada umumnya, emosi ini tidak bisa aku bendung sendiri. Ingin rasanya berbagi dengan orang-orang sekitar dan mudahnya era ini adalah kemudahan menyuarakan apapun di medsos, so i do this on my instagram. Gak hanya di instagram, emosiku juga aku bagi dengan sahabat-sahabatku di grup wa melalui voice note dan entah perkataan apa saja yang sudah terlontar. Yang jelas ini sangat meluap.

Beberapa sahabat memang setuju dengan apa yang sedang aku rasa, tapi ada juga yang menasehati. Dan you know lah kalo lagi emosi, nasihat baik itu terkadang hanya lewat seperti angin.
Dan malam kian larut, sendiri saja aku melihat feed instagram yang kebanyakan berisi akun-akun tausiyah. Seperti sebuah tamparan, semua postingan berhubungan dengan ‘kesabaran’ dan ‘perkataan lisan’. Yang membuat aku semakin tertampar dan menyesal adalah, ada sebuah postingan berisikan tausiyah mengenai hadist yang mengatakan intinya:

akan di lempar ke neraka dengan jarak bahkan lebih jauh dari timur ke barat seseorang yang rajin beribadah, tahajudnya rutin, bahkan puasa sunnahnya sering, tetapi dia tidak dapat menjaga ketajaman lisannya dalam berkata’

Sungguh, ingin ku tarik semua caci maki saat emosi tadi. Sungguh aku menyesal Ya Robb, emosiku mengalahkan semuanya. Memang benar ketika emosi lebih baik diam. Ketika emosi, tidak akan bisa masuk semua nasihat baik atau fikiran baik. Memang benar emosi seperti api yang melahap kayu bakar. Semakin kita bercerita ke orang lain, dan semakin orang lain itu menanggapi atau setuju dengan argumen kita maka akan semakin lezat semua caci maki yang keluar, dan pasti akan semakin membesarkan emosi kita. 

Bisa kalian fikirkan, ketika keadaan biasa saja terkadang seseorang tersakiti dengan perkataanku, atau bahakan hanya dengan gerak gerikku yang memang seperti ini, wajahku yang terlahir seperti orang emosi bahkan saat diampun. Aku, seorang typical orang cuek, tidak pernah mau peduli dengan perasaan siapapun, yang ngomongnya suka nyeplos tanpa mikir. Bisa kalian bayangkan jika aku emosi perkataan apa saja yang akan aku kutukkan. 

Dan sungguh saat ini aku benar-benar menyesal. Sungguh saat ini aku memaafkan dan meminta maaf pada segelintir orang-orang yang membuatku emosi tadi. Sekali lagi, ingatkanlah jika suatu hari nanti emosiku yang tak terbendung terulang. Nerakaku memang bukan urusan kalian, tapi mengajak pada kebaikan sudah menjadi kewajiban kita bukan?

 Dan ketika emosi kalian membakar dan menghangatkan tubuh kalian hingga panas, maka ‘diam’ akan memberi rasa yang lebih baik dari hangat, kesejukan. - Devi A.

You Might Also Like

0 komentar